Search This Blog

Pages

July 18, 2010

Allah tolak amalan jika riak

DIRIWAYATKAN Syidad bin Ausi berkata: “Satu hari aku melihat Rasulullah SAW duduk dalam keadaan berdukacita serta menangis. Kerana ingin tahu, aku bertanya demikian halnya mengapa Rasulullah yang dicintai Allah SWT dan umatnya itu bersedih hati.
Sebaik malaikat yang membawa amalan itu tiba di langit, maka berkatalah malaikat di langit: “Berdiri dan campakkan setiap amalan ini ke muka pemiliknya dan semua anggota sehingga menutupi hatinya. Sesungguhnya, aku menghalang setiap amal perbuatan yang tidak dikehendaki-Nya daripada sampai kepada pencipta-Nya (amalan yang dilakukan bukan kerana Allah SWT).

“Jadi, apabila seseorang itu, termasuk ahli fiqh yang melakukan amalan dan berlaku riak kerananya, hanya kerana inginkan darjat serta ketinggian selain daripada Allah SWT, maka aku diperintahkan oleh Allah SWT untuk tidak membiarkan amalan itu melepasi langit ini dan ia hanya sampai kepadaku dan tidak aku biarkan ia sampai ke mana-mana.” Maka, Rasulullah SAW dengan hiba menerangkan, sekali pun amalan itu dibawa sampai kepada penghakiman Allah SWT dan malaikat itu memberi persaksian terhadap amalan dilakukan pemilik yang dijaga mereka dengan bersaksi ia ikhlas kerana Allah, tetap ia tidak akan diterima.

Rasulullah SAW bersabda bahawasanya, Allah SWT yang maha mengetahui sesuatu itu berfirman kepada malaikat itu: “Kamu semua adalah malaikat Hafazdah (malaikat penjaga) yang Aku tugaskan untuk menjaga setiap amal perbuatan hamba-Ku. Tetapi ketahuilah, Aku-lah yang mengawasi dan mengetahui hati hamba-Ku.

“Bahawasanya, sesungguhnya jika hamba-Ku mengkehendaki amal ini bukan untuk Aku, walaupun bersaksikan oleh kamu (malaikat penjaga), maka aku laknatinya dan tidak sekali-kali Aku terima.” Jelas di sini, jika seseorang itu melakukan setiap amal perbuatan hanya kerana kepentingan diri selain mendapatkan keredaan Allah SWT, ia tetap tidak akan diterima sebagaimana dinyatakan Rasulullah mereka yang termasuk dalam golongan ini juga adalah daripada orang yang mensyirikkan Allah iaitu beramal untuk perkara lain selain hanya untuk Allah.

ISRA DAN MI’RAJ KE LANGIT DAN SHALAT FARDLU LIMA WAKTU



102. Abu Dzar r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Pada suatu malam terbuka atap rumahku di Makkah, lalu turun Jibril, dan membelah dadaku, kemudian membasuhnya dengan air zamzam, kemudian ia membawa bejana emas yang berisi hikmat dan iman lalu dituangkan ke dalam dadaku, lalu ditutup kembali.
Kemudian ia membimbing tanganku dan menaikkan aku ke langit dunia, dan ketika sampai di langit, Jibril berkata kepada penjaganya: Bukalah.  Lalu ditanya: Siapakah itu?  Jawabnya: Jibril.  Lalu ditanya: Apakah engkau bersama orang lain?  Jawabnya: Ya, bersamaku Muhammad saw.  Ditanya: Apakah dipanggil?  Jawabnya : Ya.
Ketika telah dibuka, kami naik ke langit dunia, tiba-tiba bertemu dengan orang yang duduk, sedang di kanan dan kirinya tampak sekumpulan orang, bila ia melihat ke kanan tertawa, tetapi bila melihat ke kiri menangis, maka ia menyambut: Marhaban (selamat datang) nabi yang saleh dan putra yang saleh.
Aku bertanya kepada Jibril: Siapakah itu?  Jawabnya: itu Adam a.s., sedang sekumpulan orang yang di kanan kirinya adalah anak cucunya, yang di kanan ahli surga dan yang di krinya ahli neraka, karena itu ia tertawa bila melihat ke kanan, dan menangis bila melihat ke kirinya.
Kemudian dinaikkan ke langit ke dua, dan minta buka pada penjaganya, juga dikatakan oleh penjaganya sebagaimana langit pertama, lalu dibuka.
Anas r.a. berkata: Maka menyebut bahwa di langit-langit itu telah bertemu dengan Adam, Idris, Musa, Isa, Ibrahim a.s. tetapi tidak dijelaskan tempat masing-masing, hanya menyebut bahwa Adam di langit pertama dan Ibrahim di langit ke enam.
Anas r.a. berkata:  Ketika Jibril bersama Nabi Muhammad saw.  berjumpa dengan nabi Idris maka disambut: Marhaban (Selamat datang) nabi yang saleh dan saudara yang saleh.  Lalu aku tanya: Siapakah ini?  Jawabnya: Ini Idris.  Kemudian melalui Nabi Musa juga disambut: Marhaban nabi yang saleh, dan aku bertanya: Siapakah ini?  Jawab Jibril: Itu Musa.  Lalu melalui Isa, juga menyambut: selamat datang nabi yang saleh dan saudara yang saleh. Ketika aku tanya: Siapakah itu?  Jawab Jibril: Itu Isa a.s.  Kemudian melalui Ibrahim, juga menyambut: Selamat datang nabi yang saleh dan putra yang saleh. Lalu aku bertanya: Siapakah itu?  Jawab Jibril: Itu Ibrahim a.s.
Kemudian aku dibawa naik  sehingga ke atas mustawa, dimana aku mendengar suara kalam yang tercatat di lauh mahfuzh. Maka Allah mewajibkan atas umatku lima puluh kali shalat. Lalu aku kembali membawa perintah kewajiban itu sehingga melalui Musa, maka ia bertanya: Apakah yang diwajibkan Tuhan atas umatmu?  Jawabku: Lima puluh kali shalat. Langsung ia berkata: Kembalilah kepada Tuhan untuk minta keringanan, sebab umatmu takkan kuat melakukan itu. Maka aku kembali kepada Tuhan minta keringanan dan diringankan setengahnya.
Tetapi Musa tetap berkata: Mintalah keringanan karena umatmu tidak akan kuat, maka kembali aku minta keringanan kepada Tuhan dan mendapat keringanan setengahnya. Tetapi Musa tetap menganjurkan supaya minta keringanan karena umatmu tidak akan kuat melakukan itu, maka kembalilah aku minta keringanan kepada Tuhan, sehingga Allah berfirman: Itu hanya lima kali dan nilainya sama dengan lima puluh, tidak akan berubah lagi putusanku.   Maka aku kembali kepada Musa dan Musa tetap menganjurkan supaya minta keringanan, tetapi aku jawab bahwa aku malu kepada Tuhan.
Kemudian aku dibawa ke sidratul muntaha yang diliputi oleh berbagai warna sehingga aku tidak mengerti apakah itu.
Kemudian aku dimasukkan ke surga, yang kubah-kubahnya terbuat dari mutiara dan tanahnya kasturi (misk).  (Bukhari, Muslim).